Cerpen CInta - Cintaku Bagai Kaktus

Cintaku Bagai Kaktus - Baru kali ini aku mengguratkan tulisan kata cinta, dan galau di buku harianku. Tak pernah kumerasakan hal ini sebelumnya. Setiap guratan pulpen yang kugesekan pada setiap lembar di buku harianku, begitu puitis. Tak seperti biasanya.


“Shan, cowok ganteng dan keren.” jeritku sambil mendekati Shania sahabatku.
“Apa sih, Rin? Makin lama, kelakuan kamu makin aneh aja.”
“Iya, itu, cowok keren kakak kelas kita. Aku kenal dari media internet, FB.”
“Terus, masalah buat aku? Ada hubungannya sama aku?”
 
“Ga sih… Tap…”putusnya belum selesai bicara.
“Iya, iya… Tenang aku hanya bercanda. Hehehehe”
“Boleh gak sih, kalau aku pacaran? Aku pengen banget punya pacar cowok kaya dia.”
“Boleh, asal ada syarat. Nilai kamu gak boleh turun, kamu cintai dia dengan tulus, apa adanya. Bukan karena kerennya, kepintarannya, atau kelebihannya.”
 
“Iya, iya. Aku ngerti deh”
“Tong… Tong… Tong…”
“Aku masuk duluan ya. Udah bel tuh.” kataku.
“Iya.” jawabnya.

Ketika berkata cinta
Tak ada yang bisa menahan
Perasaan dalam hatinya
Ketika hati berkata cinta
Hanya diri yang bisa
Menaklukan semuanya
Cinta…
Tidak hanya di mulut
Tapi sampai ke hati
3 Minggu kemudian
 
“Shan. Beneran aku pengen katakan cinta padanya.”
“Ya sok aja. Emangnya siapa sih cowok yang bisa menarik hati kamu?”
“Mau tau aja. Udahlah. Kamu tenang aja. Dia cowok baik dan peduli.” kataku. “Hari ini aku pengen mengatakan cinta lewat puisi aku. Dengan ketemuan di suatu tempat.”
“Oh, begitu. Semoga sukses, Rin.”

Hati terus berkata. Capatlah pulang. Antarkan aku pada tempat yang akan kutuju nanti. Tuhan, tolong tenangkan hatiku. Semoga cintaku dia terima. Aku begitu tak kuat menahan. 5 menit kemudian kudengar bel berbunyi. Segera kugendong tas dan ku berlari.

“Hai, sudah menunggu lama?” tanyaku gugup.
“Engga juga. Kemari, duduklah.” kata pria bersuara lembut itu.
“Apa yang ingin dikatakan hingga harus mengajakku berbicara 4 mata di sini?”
“Aku hanya ingin bersamamu bertemu dan membicarakan masalah pelajaran.”
“Oh, begitu.” kataku. “Bagiku, masalah pelajaran tidak terlalu bermasalah berat. Masalah terberat bagiku adalah untuk menjalani hidup ini.”
 
“Ada betulnya juga. Apa yang kau pegang?” tanya pria itu. “Sepertinya kau tak henti-hentinya menggulung-gulung kertas itu.”
“Em… ini, ini…” kataku tegang. “Ini adalah selembar kertas yang ingin kuberikan padamu.”
 
“Pertemuan kali ini, bukanlan pertemuan pertama kita. Sudah 3 kali kita bertemu. Baru kali ini kau berikan lembaran kertas padaku. Apa isinya?” tanyanya.
 
“Kau baca saja sendiri. Aku tak sanggup membacakannya untukmu.” jawabku. “Bacalah ketika kau pulang ke rumah.”
 
“Baiklah.” katanya. “Aku harus pulang. Maaf aku tak bisa berlama-lama.”
 
“Ya, baiklah. Tidak apa-apa.”

Hari indah bagiku
Hari termanis bagiku
Begitu istimewa di hatiku
Namun hari itu berubah
Setelah kau mengirimkan
Sebuah pesan pada ponselku
Aku harus tetap tegar
Karena kusadari
Cinta membutuhkan perjuangan

Tak habis pikir. Dua wanita meminta agar cintanya diterima oleh satu pria. Pasti si pria kebingungan. Andre, adalah pria angy tegas. Itu yang aku tau. Dia pasti akan memberikan jawaban yang tepat. Aku berharap, akulah wanita yang dia pilih. Semoga Tuhan mendengar doaku. Amin.

“Shan, aku baru tau sekarang. Cinta itu harus kita berikan dengan hati tulus. Kalau engga…” kataku belum selesai bicara.
 
“Kalau tidak, pasti tidak akan memberikan perasaan dan pengorbanan serta segala apapun dengan ikhlas dan paling istimewa pada orang yang kamu cinta.” sambung Shania.
“Benar.” jawabku.
 
“Rini, Rini. Aku mau tanya asma kamu, deh. Kalau kamu pengen berkorban pada cowok yang kamu suka, kamu bakal gimana? Apa yang pengen kamu kasih pada orang yang kamu cinta?” tanya Shania.
 
“Aku bakal memberi apapun. Termasuk hati aku dan hidup aku.”
“Ternyata, gini ya orang yang lagi jatuh cinta. Sifat dan kelakukan aneh bener.”
“Hehehehe” tawaku. “Tapi, ternyata jawaban cinta belum muncul. Ada dua wanita yang memperebutkan satu hati.”
“Siapa lagi?”
 
“Rupanya anak kelas 9.” jawabku “Aku takut, aku tidak akan dipilih olehnya.”
“Kamu harus yakin, deh. Banyak-berdoa. Minta biar doa kamu bisa terkabul. Aku pasti Bantu kamu, kok.”
 
“Terimakasih, Shan.”
“Sama-sama.”
Mencintai seseorang
Bukanlah mencintai
Ketika waktu-waktu bersamanya
Namun…
Ketika kamu benar-benar
Akan mencintainya
Ketika memberikan hatimu
Kau harus tulus
Haruslah ikhlas
2 minggu kemudian
 
“Gimana kabar kamu sama cowok yang kamu cintai?” tanya Shania. “Kok, belakangan ini gak ada kabar?”
 
“Iya, hari ini dia bakal kasih jawaban cintanya.” kataku. “Semoga saja aku wanita pilihannya.”
“Ya, semoga.”

Ketika bel pulang berbunyi. Jantung tak henti-hentinya membuatku tegang. Berdetak kencang bagaikan bunyi lonceng gereja yang berdentang. Apa jawabannya, apa jawabannya. Itulah 2 kata yang terus terpikirkan olehku. Menebak-nebak apa jawaban yang akan ku dengar.

“Rin. Kamu tau hari ini aku akan ngasih tau apa?” tanya Andre pria yang kuucintai itu.
“Tau.” jawabku “Kamu ingin memberitahu apa jawbannya, bukan.”
“Ya, betul. Sekarang pejamkan matamu.” katanya.
“Baiklah.”
 
“Aku mencintaimu.” katanya “Aku benar-benar mencintaimu.” kata pria itu, sambil memelukku.
 
Mulutku tiba-tiba membisu. Ingin rasanya berkata “Aku mencintaimu lebih dari aku mencintai apapun.” Namun, ku tak sanggup berkata apapun. Tubuhku melemas, wajahku memerah.
 
“Itulah jawabanku.” katanya “kau puas?” sambil melepas pelukannya.
“Ku tak sanggup berkata-kata lagi.” kataku. “Sungguh, aku tak bisa berkata-kata lagi.”
“Aku harus pulang, terimakasih sudah mendengar jawabanku.”
“Sama-sama.”

Hari itu, benar-benar hari membahagiakan bagiku. Tidak sebahagia ini biasanya. Dia telah menghibur hatiku. Ingin menjerit di atas gunung sana. Ingin berkata pada angina yang berhebus dan pada rumput yang bergoyang. Terimakasih Tuhan, Keu telah mendengar doaku. Amin.

Cintaku
Bukanlah sembarang cinta
Cinta yang akan setia
Cinta yang tidak berpindah
Walau cobaan datang
Aku akan bertahan
Aku tak akan menyerah
Aku akan terus berdiri
Walau bumi bergoncang
Banyak pria pilihan di sana
Namun hanya kau
Orang yang kucinta

Akhirnya, hari itu kujalani dengan gembira. Namun, tak lupa kukabari sahabatku lewat ponsel. Cintaku telah diterima oleh dia. Malam ini terasa begitu indah. Langit yang dihiasi bintang dan bulan. Sekarang pikiranku yang dihiasi oleh namanya dan wajahnya. Begitu indah.

Terimakasih Tuhan. Engkau telah mendengar doaku. Buatlah agar aku bisa tegar berdiri bersamanya. Menjalin hubungan dengan baik bersamanya. Jangan biarkan salah satu dari kami terjatuh. Amin.

Cerpen Karangan: Davina Senjaya
Facebook: Davina Senjaya